Kinal berjalan sendirian menuju Hutan Alas Roban. Dia berjalan penuh percaya diri menuju ke sana. Rupanya, dia sudah hapal betul jalan menuju Alas Roban.
Setelah diselidiki,
ternyata belum genap seminggu yang lalu Kinal pernah masuk ke dalam
hutan itu. Dia kesana mencari Jambu Klutuk, buah sesukaanya. Dan benar,
pohon jambu klutuk sangat banyak di situ. Bahkan semuanya berbuah dan
masak. Kinal berasa di surga saat itu. Dia nangkring begitu enjoy di
atas pohon jambu yang paling besar dan banyak buahnya sambil terus
memakan jambu-jamu itu tanpa ampun. Dia sudah seperti Kuntilanak
kelaparan berambut pendek.
Sampai akhirnya, dia
mendadak kabur dan lompat dari satu dahan ke dahan lain, bergelantungan
layaknya Tarzan kebelet boker tapi lagi OTW di jalan. Kinal ketahuan
Mang Ebeng, pemilik pohon-pohon jambu klutuk yang lebih dikenal dengan
julukan Si Galak Bermuka Shrek yang sangat pelit. Saking pelitnya, Mang
Ebeng gemar mengambil Baliho-baliho Partai untuk dibikin celana.
Beruntung Kinal tak tertangkap saat itu. Karena itulah Kinal sangat
bersemangat. Selain nanti ketemu Pendekar tampan, dia juga bisa makan
Jambu Klutuk lagi.
Sampai di Hutan alas
Roban, Kinal sangat kaget kala melihat situasi di depannya. Hutan Alas
Roban berubah menjadi tanah tandus dan kering. Dengan mata nanar dan
perasaan sedih, Kinal mendadak jadi orang padang di iklan Mie Sedaap dan
berkata, “JAMBUKUUUH !”
Kinal begitu terpukul
melihat hutan yang dulu rindang itu keadaannya kini sangat mengenaskan.
Kinal ingin sekali tahu, sebenarnya apa yang terjadi dengan hutan ini?
sampai akhirnya dia menemukan sebuah batang pohon besar yang tergeletak
begitu saja. Ketika di dekati, ternyata batang pohon itu penuh tulisan
yang digores menggunakan pisau. Dari tulisan paling Romantis seperti –
Danu love Ani 4ever, penuh pesan moral – NGEBUT, BENJUT !, sampai yang
paling alay – Iqbal clelaludichakiti was here !. dari tulisan-tulisan
itu, sudah terjawab siapa pelaku dibalik perusakan hutan ini.
“Ini pasti ulah pasukan Ratu Melo. Benar-benar keterlaluan.” Ujar Kinal.
“Ini pasti ulah pasukan Ratu Melo. Benar-benar keterlaluan.” Ujar Kinal.
Kinal memutuskan menunggu Pendekar Berkuda Putih yang dikatakan Ve di hutan yang kini tandus itu sampai dia datang.
Dua jam menunggu,
akhirnya Kinal melihat sosok seseorang dari kejauhan. Dia terlihat
menunggangi seekor kuda berwarna putih dan menghampiri dirinya. Kinal
begitu senang sekaligus deg-degan karena sebentar lagi ketemu sama
pendekar gagah nan tampan. Dan Kinal gak mao terlihat salting dan konyol
nantinya. Kinal sudah sangat siap dengan apa yang terjadi nanti. Tentu
saja dia masih berharap bisa jadi kekasih pendekar itu di akhir
perjalanannya.
Sosok penunggang kuda
itu semakin dekat. Dia terlihat menggunakan jubah putih. Kinal merapikan
rambut dan bajunya. Semakin dekat lagi, dia semakin jelas, rambutnya
juga putih dan panjang, sosok pria itu memegang sebuah tongkat di tangan
kanannya. Kinal mengerutkan dahinya, dia mencoba melihat lebih jelas.
Ketika sosok itu
mendekat dan berhenti tepat di hadapan Kinal, dia berkata, “Hai, saya
Gandalf. Apa kamu melihat dua anak cebol bawa-bawa cincin ?”
Kinal hanya melongo dan menjawab dengan menggeleng-gelengkan kepalanya tanda gak tahu.
“Oh, kalo begitu terima kasih. Maaf mengengganggu istirahat anda, nona cantik. Kalo anda lihat dua anak cebol itu, tolong kasih tahu mereka untuk segera mengembalikan cincin mertua saya yang mereka ambil.” Ujar sosok itu yang ternyata hanya seorang kakek-kakek berambut putih yang cincin punya mertuanya telah dicuri seseorang.
Kinal hanya melongo dan menjawab dengan menggeleng-gelengkan kepalanya tanda gak tahu.
“Oh, kalo begitu terima kasih. Maaf mengengganggu istirahat anda, nona cantik. Kalo anda lihat dua anak cebol itu, tolong kasih tahu mereka untuk segera mengembalikan cincin mertua saya yang mereka ambil.” Ujar sosok itu yang ternyata hanya seorang kakek-kakek berambut putih yang cincin punya mertuanya telah dicuri seseorang.
Kinal masih melongo dan hanya mengangguk-nganguk tanda mengiyakan.
“Terima kasih, HIYAAAA !” Ujar kakek itu sambil menendangkan kakinya ke badan kuda lalu pergi meninggalkan Kinal yang masih melongo kebingungan.
“Terima kasih, HIYAAAA !” Ujar kakek itu sambil menendangkan kakinya ke badan kuda lalu pergi meninggalkan Kinal yang masih melongo kebingungan.
Kinal merasakan
sedikit rasa kecewa karena yang datang ternyata bukan pendekar tampan
yang dia nanti dari tadi. Tapi dia juga bersyukur bukan kakek tua itu
yang menemaninya sampai kerajaan Konidi nanti. Tak bisa dibayangkan oleh
Kinal jika nanti dia malah dijadikan istri kedua ama kakek-kakek
berambut perak itu.
Kinal kembali duduk
dan bersandar pada batang pohon besar penuh tulisan tadi. Dengan badan
lunglai, kembali menanti datangnya pendekar tampan seperti yang pernah
di katakan Veranda.
Sudah setengah jam
setelah kedatangan kakek-kakek tadi, pendekar tampan itu belum juga
kelihatan. Kinal mulai kesal. Sesekali dia menghela nafas panjang,
mencoba untuk bersabar karena jika dipertemuan pertama dia sudah
marah-marah, bisa-bisa pendekar itu jadi ilfill pada dirinya. Kinal gak
mau terlihat jelek di depan pendekar tampan itu nantinya.
Karena kelamaan
nunggu, Kinal jadi ketiduran. Sampai akhirnya Kinal membuka matanya
karena dibangunkan oleh seekor kuda bogel berwarna putih dan gempal yang
sedari tadi menyundul-nyundul badan Kinal dengan kepalanya.
Masih setengah sadar,
dengan mata yang masih berat seakan-akan buah semangka menggantung di
kedua alisnya, Kinal dikagetkan dengan kemunculan seekor kuda putih
bogel berhidung lebar tadi dan dua orang yang terlihat lebih aneh dari
kuda yang mereka bawa.
Salah satu dari kedua
orang itu berperawakan sama seperti kuda yang mereka bawa, bogel. Dia
lebih terlihat seperti anak-anak yang hidungnya cuman lobang doang.
Sedangkan yang satunya berperawakan sedang, berambut agak gondrong dan
suaranya seperti Woody wood Packer keselek rambutan.
“Kalian siapa ?” tanya Kinal, masih agak mengantuk.
“Hmm, kenalin saya Komeng. Dan ini temen saya namanya Dulatip. Kalo Eneng sendiri ?” Ujar seorang yang mengaku bernama Komeng itu, agak genit.
“Huahaha pake nama lengkap segala Buang.” Ujar anak bogel itu pada komeng, “panggil aja saya Adul, Neng. Ngomong-ngomong lagi ngapain Eneng disini sendirian ?”
“Saya Kinal, saya sedang menunggu seorang Pendekar berkuda putih yang membawa sebuah cermin sakti. Apa kalian melihatnya ?” Ujar Kinal.
“Kalian siapa ?” tanya Kinal, masih agak mengantuk.
“Hmm, kenalin saya Komeng. Dan ini temen saya namanya Dulatip. Kalo Eneng sendiri ?” Ujar seorang yang mengaku bernama Komeng itu, agak genit.
“Huahaha pake nama lengkap segala Buang.” Ujar anak bogel itu pada komeng, “panggil aja saya Adul, Neng. Ngomong-ngomong lagi ngapain Eneng disini sendirian ?”
“Saya Kinal, saya sedang menunggu seorang Pendekar berkuda putih yang membawa sebuah cermin sakti. Apa kalian melihatnya ?” Ujar Kinal.
Mendengar penjelasan
Kinal, Adul dan komeng saling pandang. Lalu Adul mengambil sesuatu dari
dalam ransel yang menggantung di badan kuda bogel itu.
“Maksud Eneng benda ini ?” Ujar Adul, dengan muka lempeng menunjukan sebuah cermin sebesar genggaman tangan orang dewasa dengan ukiran bertuliskan “JKT48” di bingkainya.
“Maksud Eneng benda ini ?” Ujar Adul, dengan muka lempeng menunjukan sebuah cermin sebesar genggaman tangan orang dewasa dengan ukiran bertuliskan “JKT48” di bingkainya.
Kinal kaget dan gak
mengerti, kenapa cermin yang di katakan Veranda ada pada kedua Friday
Kliwon Couple ini. Mana pendekar tampan yang pernah dibilang teman
baiknya itu ?
“Gak mungkin, ini pasti ada yang salah.” Ujar Kinal dalam hati.
“Gak mungkin, ini pasti ada yang salah.” Ujar Kinal dalam hati.
Kemudian, tiba-tiba
muncul sebuah badai di tempat Kinal, Komeng dan Adul berbincang. Kali
ini Kinal terlihat santai dengan kehadiran badai ini karena dia tahu
siapa yang akan datang. Namun tidak dengan Komeng dan adul.
“BDEUL PGENGD!@#*!DUL ! (DUL PEGANGAN PO’ON DUL !)” Seru Komeng yang ngomong gak jelas karena bibirnya tertiup angin yang sangat kencang hingga terlihat gusinya.
“ABLE@$#^@#&& BLE BLOOWBLO@$#%%@ (NOMONG APAAN SIH ELO BANG AH, MENDING PEGANGAN PO’ON BANG ! )” Seru Adul yang gak ngerti ucapan Komeng.
“BDEUL PGENGD!@#*!DUL ! (DUL PEGANGAN PO’ON DUL !)” Seru Komeng yang ngomong gak jelas karena bibirnya tertiup angin yang sangat kencang hingga terlihat gusinya.
“ABLE@$#^@#&& BLE BLOOWBLO@$#%%@ (NOMONG APAAN SIH ELO BANG AH, MENDING PEGANGAN PO’ON BANG ! )” Seru Adul yang gak ngerti ucapan Komeng.
Badai pun reda. Komeng
dan Adul perlahan membuka mata mereka dan kaget melihat sosok wanita
sangat cantik melayang-layang muncul bersama Kinal. Dia adalah Veranda.
“Gak heran gue kalo elo dijulukin si Kawaii Badai, Ve.” Ujar Kinal.
Adul terpaku melihat kecantikan Ve, lalu menarik-narik baju Komeng dan berkata, “Bang, Sundel Bolongnya cakep Buang.”
“Bener Dul, kayanya Sundel Bolong yang ini gak doyan sate gerobakan Dul.” Ujar Komeng, matanya masih terpaku sama Ve.
“Terus doyannya apaan Bang ?” Tanya Adul.
“Ini sih doyannya masakan Jepang Dul. Emangnya elo, baru makan Empred Ciken pinggir jalan aja, makannya sambil pamer ke tetangga.” Ujar Komeng.
“Buahahaha, pake diomongin. udah sih Bang, malu.” Ujar Adul, memerah.
“Gak heran gue kalo elo dijulukin si Kawaii Badai, Ve.” Ujar Kinal.
Adul terpaku melihat kecantikan Ve, lalu menarik-narik baju Komeng dan berkata, “Bang, Sundel Bolongnya cakep Buang.”
“Bener Dul, kayanya Sundel Bolong yang ini gak doyan sate gerobakan Dul.” Ujar Komeng, matanya masih terpaku sama Ve.
“Terus doyannya apaan Bang ?” Tanya Adul.
“Ini sih doyannya masakan Jepang Dul. Emangnya elo, baru makan Empred Ciken pinggir jalan aja, makannya sambil pamer ke tetangga.” Ujar Komeng.
“Buahahaha, pake diomongin. udah sih Bang, malu.” Ujar Adul, memerah.
Tidak memperdulikan Komeng dan Adul, Kinal menanyakan kedatangan Veranda.
“ Untunglah. Elo dateng disaat yang tepat. Jelaskan , kenapa Cermin itu ada pada dua orang yang kelihatannya suka ngemil rayap ini, Ve ?” Tanya Kinal, sambil menunjuk Komeng dan adul yang ternyata beneran lagi asyik sendiri nyari rayap di batang pohon yang mati.
“Itu dia maksud kedatangan saya ke sini Nal, saya pun ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi ?” Terang Ve.
Ve pun menanyakan asal cermin itu pada Adul dan Komeng.
“Maaf sebelumnya tuan. Kalo boleh tau, dari mana kalian dapatkan cermin ini ?” Tanya Ve pada Adul dan Komeng sambil menunjukkan cermin ajaib yang telah dipegang Kinal.
“ Untunglah. Elo dateng disaat yang tepat. Jelaskan , kenapa Cermin itu ada pada dua orang yang kelihatannya suka ngemil rayap ini, Ve ?” Tanya Kinal, sambil menunjuk Komeng dan adul yang ternyata beneran lagi asyik sendiri nyari rayap di batang pohon yang mati.
“Itu dia maksud kedatangan saya ke sini Nal, saya pun ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi ?” Terang Ve.
Ve pun menanyakan asal cermin itu pada Adul dan Komeng.
“Maaf sebelumnya tuan. Kalo boleh tau, dari mana kalian dapatkan cermin ini ?” Tanya Ve pada Adul dan Komeng sambil menunjukkan cermin ajaib yang telah dipegang Kinal.
Komeng dan Adul saling sikut, saling menyuruh untuk menjelaskan yang terjadi. Tapi akhirnya Komeng yang mau menjelaskannya.
“Jadi gini neng, saya ama ini anak hamster…” menunjuk Adul yang kemudian disusul gelak tawa Adul, “Kita kan lagi enak-enaknya makan Ubi Cilembu di pinggiran Jalan Cadas Pangeran. Eh, tiba-tiba ada orang naik kuda sambil ugal-ugalan. Kita menghindar dong neng, takut nanti diseruduk pan ? Sangka kita, itu orang mabok yang lagi bawa kuda. Eh, taunya itu orang naik kuda MUKANYA KETUTUPAN KOLOR bergambar Kamen Raider Black. Terus kelempar dah itu orang ke dalam jurang, nyemplung. Kasian banget dia.”
“Jadi gini neng, saya ama ini anak hamster…” menunjuk Adul yang kemudian disusul gelak tawa Adul, “Kita kan lagi enak-enaknya makan Ubi Cilembu di pinggiran Jalan Cadas Pangeran. Eh, tiba-tiba ada orang naik kuda sambil ugal-ugalan. Kita menghindar dong neng, takut nanti diseruduk pan ? Sangka kita, itu orang mabok yang lagi bawa kuda. Eh, taunya itu orang naik kuda MUKANYA KETUTUPAN KOLOR bergambar Kamen Raider Black. Terus kelempar dah itu orang ke dalam jurang, nyemplung. Kasian banget dia.”
Kinal dan Ve saling
memandang, seakan saling berkomunikasi lewat tatapan, “Itu pasti kolor
elo Nal.” Kata Ve, “Itu pasti Kolor gue.” Kata Kinal dengan muka sendu.
Adul gantian melanjutkan cerita mereka.
“Kita kasian pan Bang yak ama itu orang. Kita langsung turun deh ke jurang buat nyelametin. Pas kolornya dibuka, ternyata ganteng banget orangnya. Tapi sayang dia keburu pingsan karena kagak bisa nafas gara-gara kelamaan keseplek Kolor.”
“Tau tuh, siapa sih yang suka buang kolor sembuarangan ?!” sela Komeng, agak kesal.
“Tapi sebelum pingsan orang itu nitipin cermin itu ke kita. Katanya – “Tolong bawain ini kepada seorang gadis cantik, kudaku akan membawa kalian ke pada orang itu. Aku sudah gak kuat ! berikan aku oksigen !” onoh katanya, terus dia pingsan setelah dikasih nafas buatan ama Bang Komeng.” Sambung Adul.
“Jangan-jangan Kuda yang mirip Makibo itu…?” Seru Ve dan Kinal,
kompak sambil menunjuk seekor kuda bogel berwarna putih dengan hidung
lebar, benar-benar mirip Kuda bernama Makibo di sebuah film kartun.“Kita kasian pan Bang yak ama itu orang. Kita langsung turun deh ke jurang buat nyelametin. Pas kolornya dibuka, ternyata ganteng banget orangnya. Tapi sayang dia keburu pingsan karena kagak bisa nafas gara-gara kelamaan keseplek Kolor.”
“Tau tuh, siapa sih yang suka buang kolor sembuarangan ?!” sela Komeng, agak kesal.
“Tapi sebelum pingsan orang itu nitipin cermin itu ke kita. Katanya – “Tolong bawain ini kepada seorang gadis cantik, kudaku akan membawa kalian ke pada orang itu. Aku sudah gak kuat ! berikan aku oksigen !” onoh katanya, terus dia pingsan setelah dikasih nafas buatan ama Bang Komeng.” Sambung Adul.
Sambil tersenyum,
Komeng berkata, “Hehe, iya kudanya tiba-tiba jadi bogel. Tau tuh,
tadinya kuda itu gede, keren dan gagah. Eh, pas di pegang Adul jadi
nyusut. Tau dah, napa tuh kuda jadi mirip anak sapi kena obesitas gitu
?”
Veranda menghela nafas
panjang lalu menghembuskannya hingga pipinya membulat. Lalu berkata,
“Huft, Kuda itu sebenarnya Kuda dari langit. Kuda itu akan mengikuti
karakter pemiliknya. Karena Adul yang menyentuhnya terlebih dahulu, maka
Kuda itu menganggap Adul adalah majikan barunya. Jadilah dia seperti
itu.”
“Yaaah~” Seru Kinal dan Komeng, bareng.
“Masih mending gue duluan yang pegang. Dari pada Bang Komeng duluan, bisa jadi Kuda Lumping entar tuh kuda !” Seru Adul.
“AAAH. kalo ngomong asal jeplak aja elo Dul , kayak Kutang emak-emak.” Ledek Komeng, kesal.
“Yaaah~” Seru Kinal dan Komeng, bareng.
“Masih mending gue duluan yang pegang. Dari pada Bang Komeng duluan, bisa jadi Kuda Lumping entar tuh kuda !” Seru Adul.
“AAAH. kalo ngomong asal jeplak aja elo Dul , kayak Kutang emak-emak.” Ledek Komeng, kesal.
Karena suasana semakin
rumit. Didahului dengan menghilangnya Ve, dengan perasaan kecewa
bercampur sedih karena Pendekar tampan idamannya lenyap oleh kolornya
sendiri, Kinal pun dengan berat hati dan terpaksa pergi mencari
teman-temannya bersama Komeng, Adul dan seekor kuda bogel yang akhirnya
diberi nama Makibo.
Dipandu oleh cermin
ajaib yang berfungsi layaknya GPS. Cermin itu hanya akan memantulkan
bayangan dari anggota JKT8 saja, jadi kalau orang lain menggunakan
cermin itu, bayangan mereka tidak akan terlihat di cermin tersebut.
~ To be Continued ~
0 komentar:
Posting Komentar