Pagi itu pagi yang cerah. Seolah-olah hari akan berjalan begitu saja. Ku parkir sepeda motorku di parkiran dekat sekolah. Ku langkahkan kaki memasuki sekolah ini. "Haahh sekolah baru lagi, harus cepet-cepet adaptasi nih" ucapku dalam hati. Beginilah aku yang sudah berkali-kali pindah sekolah karena pekerjaan orangtua ku.
"Nama saya Ferdy Hamdani kalian bisa manggil saya Ferdy. Saya pindah kesini karena pekerjaan orangtua saya, saya harap bisa cepat beradaptasi"
"Baik Ferdy, kamu bisa duduk disitu disebelah Gunawan"
Akupun berjalan ke tempat yang akan menjadi singgasana ku itu. Baru semenit aku duduk suara tersebut sudah membuyarkan lamunanku.
"Hoy Fer, salam kenal ya kita bakal sebangku satu semester ini. Gue Gunawan"
"Hmm gue Ferdy" kataku sambil berjabat tangan
Hari berganti hari minggu berganti minggu. Dihadapanku selalu ada punggung itu. Punggung beserta rambut panjangnya itu sangat indah untuk di pandang. Tak pernah sekalipun aku berbicara pada pemilik punggung itu. Plakk wajahku tertampar buku.
"Woy jangan ngelamun mulu, ntar Pa Sis marah baru tau rasa lo" Gunawan sedikit berbisik
"Iye Wan tadi gue cuma agak ngantuk ko" Aku sedikit berkelit
Jam pelajaran selesai, anak-anak mulai berlarian keluar kelas. Seperti biasa aku hanya duduk sambil menyandarkan kepalaku di atas meja. Gunawan sudah menghilang entah kemana. Di depan kelas terlihat rambut panjang tersebut sedang menghapus papan tulis. Aku terpana melihatnya, mataku sulit untuk berkedip. Tanpa kusadari dia menoleh kearahku. Dia sudah berada di hadapanku.
"Kamu ga kemana-mana ?" Suara indah itu mengagetkanku
"Ngg ngg, enggak gue males jajan"
"Oh iya, kamu anak baru pindahan itu kan ? Salam kenal ya aku Cindy Yuvia biasa dipanggil Yupi"
"Ngg iya gue Ferdy sss saallamm ke kenal jugga Yup" Jawab ku terbata-bata sambil menjabat tangannya
"Lagi gak ada kerjaan kan ?"
"Iya gak ada nih"
"Ke Perpus bareng yuk"
Tarr ! Aku tak berdaya.
"Nggg Ayuk"
Kami berdua berjalan menuju perpus. Selama berjalan dia lebih sering membuka pembicaraan dan aku hanya mengimbanginya. Mungkin dia memang suka mengobrol, itulah yang ada di benakku. Mungkin kita bisa semakin dekat. Ahh apalah yang sudah kupikirkan. Sampailah kita di perpustakaan. Dia mendekati salah satu rak buku.
"Coba kamu liat ini" Katanya sambil nunjukin buku bertuliskan "Tata Cara Memasak Makanan Jepang"
"Kamu suka masak ?"
"Iya suka, apalagi kalo makanan Jepang gini"
"Kalo menurut gue bagusan manga dibanding buku masak, hahahaha"
"Huuuu Otaku dasar"
"Hahahaha"
"Kamu tau gak, aku tuh suka banget tau sama Jepang mungkin suatu hari aku bisa kesana"
"Kamu pasti bisa kesana, percayalah sama diri kamu sendiri"
"Haha makasih Fer"
Setelah pembicaraan tersebut aku merasa sudah semakin dekat dengannya. Entah perasaan apakah ini. Mungkin ada sesuatu dalam diriku yang akan meledak. Bel pulang berbunyi. Seperti biasa aku dan Gunawan menyempatkan diri untuk mampir ke kafe dekat rumahku.
"Cieee yang tadi berduaan ke perpus" Ocehan Gunawan sudah dimulai
"Apaan sih lo"
"Pantesan aja pas gue ajakin ke kantin elu gamau, ternyata mau ke perpus bareng Yupi ye"
"Elahh tadinya gue juga males ke perpus, lagian itu juga cuma kebetulan gue diajak dia"
"Ngeles lu keliatan tuh, hahahah"
"Jangan berisik lo ntar penjaga kafe marah lagi sama kita"
Begitulah Gunawan, orang yang gapernah berhenti ngoceh. Kita berdua emang udah sering ditegur sama yang jaga kafe karena keributan si Gunawan. Meski, walau bagaimana pun dia tetap sahabatku. Dua minggu berlalu. Tidak hanya perpus sekarang aku dan Yupi juga sering pergi ke kantin bareng. Tapi hanya di daerah sekolah, aku tak berani mengajaknya pergi keluar bersama. Itulah yang selalu ku sesali, mengapa aku tak pernah punya keberanian ?
Maafkan Summer, menyilaukan saat tatap wajahmu dari samping. Peraasanku ini akan terus berlanjut apapun yang terjadi.
Nada dering handphone ku berbunyi. Ternyata dari Yupi. Klik, aku mengangkatnya.
"Halo, ada apa Yup ?"
"Hmm Fer jadi gini, kan besok orangtuaku pergi keluar kota. Besok Kamu bisa ga anter aku berangkat sekolah ?"
"Bisa, bisa banget" jawabku terlalu bersemangat
"Haha kayanya kamu semangat banget tuh"
"Eng.. Enggak ko hehe"
"Haha yaudah besok jangan lupa ya"
"Oke Yup"
"Hehe makasih ya sebelumnya"
"Iya gapapa ko, nyantai aja"
"Okee byee"
"Byee"
Tuut tuutt telepon ditutup. "Yess yes yess akhirnya gue bisa juga berangkat bareng dia. Eh eh tapi ko gue seneng banget ya bisa berangkat bareng Yupi". Ahh perasaan apa ini ? Kenapa aku begitu senang bisa berangkat bareng dia ? Ahh aku tak habis pikir dengan semua ini. Apakah ini cinta ? Mungkinkah aku jatuh cinta kepadanya ? Ahh sudahlah mungkin memang perasaan yang sementara.
Keesokan harinya. Hari ini aku berangkat pagi-pagi sekali untuk menjemput Yupi. Pagi itu aku berdandan se rapih mungkin. Aku tak ingin mengecewakannya. Langsung saja aku menuju alamat yang iya tunjukkan lewat sms tadi malam. Akhirnya sampai juga aku didepan rumahnya. Tak berapa lama kemudian Yupi keluar. Wajahnya begitu cerah hari ini. Entah apa yang berbeda tapi aku yang melihatnya begitu.
"Udah lama nunggu ya ?" Dia berjalan mendekatiku
"Enggak ko, baru aja nyampe"
"Oke, berangkat aja yuk takut telat nih"
"Okeee"
Langsung saja aku memacu sepeda motorku. Diperjalanan aku dan dia lebih banyak terdiam. Jalanan yang padat membuatku cukup berhati-hati. Akhirnya sampailah kita di sekolah. Dengan cepat aku memarkir sepeda motorku. Kami berdua meninggalkan parkiran motor. Koridor sekolah masih sepi, hanya ada kami berdua dan beberapa murid yang hendak masuk kelas.
"Fer, makasih ya udah dianterin pagi ini" Yupi membuka pembicaraan.
"Iya gapapa ko lagian gue juga niat mau berangkat pagi-pagi"
"Hehe iya Fer"
"Atau kalo perlu pulang sekalian gue anterin ?"
"Enggak Fer gausah gue bisa naik taxi ko"
"Benerah gausah nih ?"
"Iya lagian kan rumah kita beda arah, aku takut ngerepotin kamu"
"Duh nih anak dua pagi-pagi udah berduaan mulu" Tiba-tiba Gunawan datang dari arah belakang.
"Apaan sih lo wan"
"Alah gausah pura-pura gatau lu, jadi kapan kalian jadian ?"
"Ngomong lu mulai ngawur deh" Ucapku sambil menjitak kepalanya
Kami bertiga memasuki kelas. Tak terasa bel masuk pun berbunyi. Tak terasa pelajaran itu berakhir dengan cepat. Bu Ranti memberikan tugas berpasangan untuk kita. Entah kebetulan atau bukan, aku mendapatkan kelompok bersama Yupi. Sepulang sekolah kami berdua segera bergegas ke toko buku. Disitu kami membeli buku soal Tokyo yang akan jadi bahan tugas kita.
"Kamu suka Tokyo kan ?" Yupi membuka pembicaraan
"Suka, suka banget"
"Haha sama dong aku juga, suatu saat aku pasti akan kesana"
"Aku juga bakal nyusul kamu kesana" aahh ngomong apasih guee. Kataku dalam hati
"Hahaha, kamu gaakan nyangka apa yang akan terjadi nanti"
"Hmm maksud kamu ?"
"Haha udahlah gausah dipikirin"
"Hmm oke"
Akhirnya kami berdua pun keluar dari toko buku itu. Karena hari sudah mulai larut Yupi pulang menggunakan taxi. Kami akan mengerjakan tugas tersebut lewat email. Akhirnya tugas kami selesai. Kami mendapatkan nilai yang cukup memuaskan untuk tugas itu.
Hari yang ditunggu-tunggu oleh para siswa itu pun datang. Prom Night, iya banyak sekali yang menantikan hari ini. Bagi yang sudah memiliki kekasih mungkin sebuah kebahagiaan tapi bagiku ini semacam siksaan batin. Anehnya lagi semua siswa wajib mengikuti acara ini. Apakah aku harus mengajak Yupi ? Setelah berpikir ribuan kali akhirnya aku memutuskan untuk mengajaknya. Kutekan tombol telepon di kontaknya.
Tuut....Tuuut...Tuutt cklek akhirnya diangkat
"Halo Fer" suara itu terdengar dari kejauhan
"Iya Yup, Kamu tau soal Prom Night itu kan ?"
"Iya tau Fer, kenapa emang ?"
"Mmm kamu mau gak ?"
"Mau apa ?"
"Mau gak kaloo..."
"Apaan sih Fer ngomong yang jelas dong"
"Mau gak Prom Night bareng aku ?"
"Mmm Mau kok"
"Oke, nanti sabtu malem aku jemput jam 7 ya"
"Oke siip deh"
"Sampai jumpa sabtu malem nanti ya"
"Iya Fer, byee"
Tuuuttt telepon ditutup
"Yattaaa" aku berteriak dalam hati. Entahlah, mengapa aku merasa sesenang ini. Akhirnya hari yang di tunggu-tunggu itupun datang. Aku mengenakan jas coklat yang cukup modis dan menata rambutku serapi mungkin. Saat itu sengaja aku meminjam mobil sedan milik ayahku untuk menjemput dan mengantar Yupi ke Prom Night.
Tibalah aku di depan rumah Yupi. Tak lama menunggu ia pun keluar dari depan rumahnya. Sambil keluar dari mobil aku menghampirinya. Yupi terlihat anggun sekali dengan gaun putih yang ia kenakan. Namun ada yang berbeda darinya, sekarang rambutnya di twintail membuat kesan imutnya semakin terlihat.
"Hoy, ngeliatin apaan sih ?" Suara Yupi membuyarkan lamunanku.
"Engg... Enggak ko"
"Yaudah berangkat yuk, keburu telat nih"
"Yuk" Aku menggandeng tangannya sambil membukakan pintu mobil
"Kamu bawa mobil ?"
"Iyalah, aku gamau dandanan kamu rusak kalo pake motor"
Yupi terdiam dan hanya tersenyum tipis
Di perjalanan kami hanya terdiam. Mungkin hanya menyanyi bersama mengikuti alunan musik dari radio. Sampailah kita dari lokasi yang tak jauh dari acara Prom Night ini. Aku keluar mobil terlebih dahulu sambil membukakan pintu untuknya. Aku kembali menggandeng tangannya sambil berjalan menuju lokasi acara tersebut. Kutatap wajahnya, ada raut kebahagian di wajahnya. Kami lebih banyak terdiam kali ini. Di lokasi tersebut terlihat sudah ramai.
"Ciecie udah mulai gande-gandengan nih" Tiba-tiba Gunawan datang dari arah belakang
"Apaan sih lu wan" Aku menyangkal
"Jadi kapan kalian mulai jadian ?"
"Lu rese amat sih pergi sono"
"Elah Yup cowo lu emosian amat sih"
"Kita ga jadiaann" Nada suara Yupi di tinggikan. Wajahnya terlihat agak memerah
"Yaudeh dah gue pergi aja nih. Yupi jangan lu gantung mulu Fer"
"Berisik deh lo, udah pergi sana"
Akhirnya Gunawan pergi meninggalkan kami berdua.
Kami berdua pun memasuki acara tersebut. Disana kami cukup menikmati acara yang ada. Ada bagian dimana para pasangan diperbolehkan berdansa. Yupi yang bersikeras menjakakku ingin aku menolaknya karena aku tak bisa berdansa. Namun upaya penolakkan ku gagal, ajakan Yupi begitu kuat. Walaupun aku tak bisa berdansa tapi aku cukup menikmati saat berdansa bersama Yupi. Ingin rasanya tak beranjak dari saat-saat seperti ini.
Hari semakin larut kami berdua memutuskan untuk pulang. Di perjalanan pulang kami bercanda bersama. Membahas apa yang sudah kita lakukan tadi. Ada rasa senang namun tidak percaya di hatiku. Tanpa kusadari Yupi sudah tertidur pulas. Secara reflek aku menyelimutinya dengan jas milikku. Aku terus menyetir dengan laju yang cukup cepat. Tak kurasakan airmata membasahi pipiku. Entah apa yang membuatku menangis.
"Yup, bangun Yup udah nyampe nih"
"Hmmmhh" Yupi mulai membuka matanya
"Bungun, ini udah nyampe depan rumah kamu"
"Loh aku ketiduran ya"
"Iya tadi kamu ketiduran di jalan"
"Aduhh maaf ya Fer"
"Iya gapapa ko, udah cepet keluar yuk nanti ditanyain orang lagi"
Kami berdua pun keluar dari mobil. Kami berjalan ke depan pintu gerbang rumahnya. Didepan rumahnya Yupi sempat memberikan secarik surat. Dia berkata bahwa aku harus membukanya pada hari minggu malam. Dia juga mengatakan terimakasih untuk hari ini aku juga ikut berterima kasih. Akhirnya aku meninggalkan nya. Saat itu aku melihatnya tersenyum. Indah, indah sekali.
Minggu malam. Akhirnya tiba dimana saat aku akan membuka surat dari Yupi. Hatiku berdebar-debar saat ingin membukanya. Surat itupun ku buka dan mulai membacanya.
"Dear Ferdy.
Makasih ya selama ini kamu udah selalu ada buat aku. Makasih juga udah ngajak aku ke Prom Night. Selama ini aku ngerasa sesuatu yang lain kalo aku lagi sama kamu Fer. Sebelumnya aku gapernah ngerasain perasaan ini. Jujur, kayanya aku udah ngerasain jatuh cinta deh sama kamu. Mungkin kamu First Love aku. Tapi aku harus ngomong sesuatu sama kamu. Beberapa jam yang lalu pesawat ku udah take off, aku bakal pindah ke Tokyo Fer. Aku cuma kamu mau tau itu. Mungkin kalo tuhan mengijinkan kita bakal ketemu lagi lain waktu. Aku sayang kamu Fer.
"Nama saya Ferdy Hamdani kalian bisa manggil saya Ferdy. Saya pindah kesini karena pekerjaan orangtua saya, saya harap bisa cepat beradaptasi"
"Baik Ferdy, kamu bisa duduk disitu disebelah Gunawan"
Akupun berjalan ke tempat yang akan menjadi singgasana ku itu. Baru semenit aku duduk suara tersebut sudah membuyarkan lamunanku.
"Hoy Fer, salam kenal ya kita bakal sebangku satu semester ini. Gue Gunawan"
"Hmm gue Ferdy" kataku sambil berjabat tangan
Hari berganti hari minggu berganti minggu. Dihadapanku selalu ada punggung itu. Punggung beserta rambut panjangnya itu sangat indah untuk di pandang. Tak pernah sekalipun aku berbicara pada pemilik punggung itu. Plakk wajahku tertampar buku.
"Woy jangan ngelamun mulu, ntar Pa Sis marah baru tau rasa lo" Gunawan sedikit berbisik
"Iye Wan tadi gue cuma agak ngantuk ko" Aku sedikit berkelit
Jam pelajaran selesai, anak-anak mulai berlarian keluar kelas. Seperti biasa aku hanya duduk sambil menyandarkan kepalaku di atas meja. Gunawan sudah menghilang entah kemana. Di depan kelas terlihat rambut panjang tersebut sedang menghapus papan tulis. Aku terpana melihatnya, mataku sulit untuk berkedip. Tanpa kusadari dia menoleh kearahku. Dia sudah berada di hadapanku.
"Kamu ga kemana-mana ?" Suara indah itu mengagetkanku
"Ngg ngg, enggak gue males jajan"
"Oh iya, kamu anak baru pindahan itu kan ? Salam kenal ya aku Cindy Yuvia biasa dipanggil Yupi"
"Ngg iya gue Ferdy sss saallamm ke kenal jugga Yup" Jawab ku terbata-bata sambil menjabat tangannya
"Lagi gak ada kerjaan kan ?"
"Iya gak ada nih"
"Ke Perpus bareng yuk"
Tarr ! Aku tak berdaya.
"Nggg Ayuk"
Kami berdua berjalan menuju perpus. Selama berjalan dia lebih sering membuka pembicaraan dan aku hanya mengimbanginya. Mungkin dia memang suka mengobrol, itulah yang ada di benakku. Mungkin kita bisa semakin dekat. Ahh apalah yang sudah kupikirkan. Sampailah kita di perpustakaan. Dia mendekati salah satu rak buku.
"Coba kamu liat ini" Katanya sambil nunjukin buku bertuliskan "Tata Cara Memasak Makanan Jepang"
"Kamu suka masak ?"
"Iya suka, apalagi kalo makanan Jepang gini"
"Kalo menurut gue bagusan manga dibanding buku masak, hahahaha"
"Huuuu Otaku dasar"
"Hahahaha"
"Kamu tau gak, aku tuh suka banget tau sama Jepang mungkin suatu hari aku bisa kesana"
"Kamu pasti bisa kesana, percayalah sama diri kamu sendiri"
"Haha makasih Fer"
Setelah pembicaraan tersebut aku merasa sudah semakin dekat dengannya. Entah perasaan apakah ini. Mungkin ada sesuatu dalam diriku yang akan meledak. Bel pulang berbunyi. Seperti biasa aku dan Gunawan menyempatkan diri untuk mampir ke kafe dekat rumahku.
"Cieee yang tadi berduaan ke perpus" Ocehan Gunawan sudah dimulai
"Apaan sih lo"
"Pantesan aja pas gue ajakin ke kantin elu gamau, ternyata mau ke perpus bareng Yupi ye"
"Elahh tadinya gue juga males ke perpus, lagian itu juga cuma kebetulan gue diajak dia"
"Ngeles lu keliatan tuh, hahahah"
"Jangan berisik lo ntar penjaga kafe marah lagi sama kita"
Begitulah Gunawan, orang yang gapernah berhenti ngoceh. Kita berdua emang udah sering ditegur sama yang jaga kafe karena keributan si Gunawan. Meski, walau bagaimana pun dia tetap sahabatku. Dua minggu berlalu. Tidak hanya perpus sekarang aku dan Yupi juga sering pergi ke kantin bareng. Tapi hanya di daerah sekolah, aku tak berani mengajaknya pergi keluar bersama. Itulah yang selalu ku sesali, mengapa aku tak pernah punya keberanian ?
Maafkan Summer, menyilaukan saat tatap wajahmu dari samping. Peraasanku ini akan terus berlanjut apapun yang terjadi.
Nada dering handphone ku berbunyi. Ternyata dari Yupi. Klik, aku mengangkatnya.
"Halo, ada apa Yup ?"
"Hmm Fer jadi gini, kan besok orangtuaku pergi keluar kota. Besok Kamu bisa ga anter aku berangkat sekolah ?"
"Bisa, bisa banget" jawabku terlalu bersemangat
"Haha kayanya kamu semangat banget tuh"
"Eng.. Enggak ko hehe"
"Haha yaudah besok jangan lupa ya"
"Oke Yup"
"Hehe makasih ya sebelumnya"
"Iya gapapa ko, nyantai aja"
"Okee byee"
"Byee"
Tuut tuutt telepon ditutup. "Yess yes yess akhirnya gue bisa juga berangkat bareng dia. Eh eh tapi ko gue seneng banget ya bisa berangkat bareng Yupi". Ahh perasaan apa ini ? Kenapa aku begitu senang bisa berangkat bareng dia ? Ahh aku tak habis pikir dengan semua ini. Apakah ini cinta ? Mungkinkah aku jatuh cinta kepadanya ? Ahh sudahlah mungkin memang perasaan yang sementara.
Keesokan harinya. Hari ini aku berangkat pagi-pagi sekali untuk menjemput Yupi. Pagi itu aku berdandan se rapih mungkin. Aku tak ingin mengecewakannya. Langsung saja aku menuju alamat yang iya tunjukkan lewat sms tadi malam. Akhirnya sampai juga aku didepan rumahnya. Tak berapa lama kemudian Yupi keluar. Wajahnya begitu cerah hari ini. Entah apa yang berbeda tapi aku yang melihatnya begitu.
"Udah lama nunggu ya ?" Dia berjalan mendekatiku
"Enggak ko, baru aja nyampe"
"Oke, berangkat aja yuk takut telat nih"
"Okeee"
Langsung saja aku memacu sepeda motorku. Diperjalanan aku dan dia lebih banyak terdiam. Jalanan yang padat membuatku cukup berhati-hati. Akhirnya sampailah kita di sekolah. Dengan cepat aku memarkir sepeda motorku. Kami berdua meninggalkan parkiran motor. Koridor sekolah masih sepi, hanya ada kami berdua dan beberapa murid yang hendak masuk kelas.
"Fer, makasih ya udah dianterin pagi ini" Yupi membuka pembicaraan.
"Iya gapapa ko lagian gue juga niat mau berangkat pagi-pagi"
"Hehe iya Fer"
"Atau kalo perlu pulang sekalian gue anterin ?"
"Enggak Fer gausah gue bisa naik taxi ko"
"Benerah gausah nih ?"
"Iya lagian kan rumah kita beda arah, aku takut ngerepotin kamu"
"Duh nih anak dua pagi-pagi udah berduaan mulu" Tiba-tiba Gunawan datang dari arah belakang.
"Apaan sih lo wan"
"Alah gausah pura-pura gatau lu, jadi kapan kalian jadian ?"
"Ngomong lu mulai ngawur deh" Ucapku sambil menjitak kepalanya
Kami bertiga memasuki kelas. Tak terasa bel masuk pun berbunyi. Tak terasa pelajaran itu berakhir dengan cepat. Bu Ranti memberikan tugas berpasangan untuk kita. Entah kebetulan atau bukan, aku mendapatkan kelompok bersama Yupi. Sepulang sekolah kami berdua segera bergegas ke toko buku. Disitu kami membeli buku soal Tokyo yang akan jadi bahan tugas kita.
"Kamu suka Tokyo kan ?" Yupi membuka pembicaraan
"Suka, suka banget"
"Haha sama dong aku juga, suatu saat aku pasti akan kesana"
"Aku juga bakal nyusul kamu kesana" aahh ngomong apasih guee. Kataku dalam hati
"Hahaha, kamu gaakan nyangka apa yang akan terjadi nanti"
"Hmm maksud kamu ?"
"Haha udahlah gausah dipikirin"
"Hmm oke"
Akhirnya kami berdua pun keluar dari toko buku itu. Karena hari sudah mulai larut Yupi pulang menggunakan taxi. Kami akan mengerjakan tugas tersebut lewat email. Akhirnya tugas kami selesai. Kami mendapatkan nilai yang cukup memuaskan untuk tugas itu.
Hari yang ditunggu-tunggu oleh para siswa itu pun datang. Prom Night, iya banyak sekali yang menantikan hari ini. Bagi yang sudah memiliki kekasih mungkin sebuah kebahagiaan tapi bagiku ini semacam siksaan batin. Anehnya lagi semua siswa wajib mengikuti acara ini. Apakah aku harus mengajak Yupi ? Setelah berpikir ribuan kali akhirnya aku memutuskan untuk mengajaknya. Kutekan tombol telepon di kontaknya.
Tuut....Tuuut...Tuutt cklek akhirnya diangkat
"Halo Fer" suara itu terdengar dari kejauhan
"Iya Yup, Kamu tau soal Prom Night itu kan ?"
"Iya tau Fer, kenapa emang ?"
"Mmm kamu mau gak ?"
"Mau apa ?"
"Mau gak kaloo..."
"Apaan sih Fer ngomong yang jelas dong"
"Mau gak Prom Night bareng aku ?"
"Mmm Mau kok"
"Oke, nanti sabtu malem aku jemput jam 7 ya"
"Oke siip deh"
"Sampai jumpa sabtu malem nanti ya"
"Iya Fer, byee"
Tuuuttt telepon ditutup
"Yattaaa" aku berteriak dalam hati. Entahlah, mengapa aku merasa sesenang ini. Akhirnya hari yang di tunggu-tunggu itupun datang. Aku mengenakan jas coklat yang cukup modis dan menata rambutku serapi mungkin. Saat itu sengaja aku meminjam mobil sedan milik ayahku untuk menjemput dan mengantar Yupi ke Prom Night.
Tibalah aku di depan rumah Yupi. Tak lama menunggu ia pun keluar dari depan rumahnya. Sambil keluar dari mobil aku menghampirinya. Yupi terlihat anggun sekali dengan gaun putih yang ia kenakan. Namun ada yang berbeda darinya, sekarang rambutnya di twintail membuat kesan imutnya semakin terlihat.
"Hoy, ngeliatin apaan sih ?" Suara Yupi membuyarkan lamunanku.
"Engg... Enggak ko"
"Yaudah berangkat yuk, keburu telat nih"
"Yuk" Aku menggandeng tangannya sambil membukakan pintu mobil
"Kamu bawa mobil ?"
"Iyalah, aku gamau dandanan kamu rusak kalo pake motor"
Yupi terdiam dan hanya tersenyum tipis
Di perjalanan kami hanya terdiam. Mungkin hanya menyanyi bersama mengikuti alunan musik dari radio. Sampailah kita dari lokasi yang tak jauh dari acara Prom Night ini. Aku keluar mobil terlebih dahulu sambil membukakan pintu untuknya. Aku kembali menggandeng tangannya sambil berjalan menuju lokasi acara tersebut. Kutatap wajahnya, ada raut kebahagian di wajahnya. Kami lebih banyak terdiam kali ini. Di lokasi tersebut terlihat sudah ramai.
"Ciecie udah mulai gande-gandengan nih" Tiba-tiba Gunawan datang dari arah belakang
"Apaan sih lu wan" Aku menyangkal
"Jadi kapan kalian mulai jadian ?"
"Lu rese amat sih pergi sono"
"Elah Yup cowo lu emosian amat sih"
"Kita ga jadiaann" Nada suara Yupi di tinggikan. Wajahnya terlihat agak memerah
"Yaudeh dah gue pergi aja nih. Yupi jangan lu gantung mulu Fer"
"Berisik deh lo, udah pergi sana"
Akhirnya Gunawan pergi meninggalkan kami berdua.
Kami berdua pun memasuki acara tersebut. Disana kami cukup menikmati acara yang ada. Ada bagian dimana para pasangan diperbolehkan berdansa. Yupi yang bersikeras menjakakku ingin aku menolaknya karena aku tak bisa berdansa. Namun upaya penolakkan ku gagal, ajakan Yupi begitu kuat. Walaupun aku tak bisa berdansa tapi aku cukup menikmati saat berdansa bersama Yupi. Ingin rasanya tak beranjak dari saat-saat seperti ini.
Hari semakin larut kami berdua memutuskan untuk pulang. Di perjalanan pulang kami bercanda bersama. Membahas apa yang sudah kita lakukan tadi. Ada rasa senang namun tidak percaya di hatiku. Tanpa kusadari Yupi sudah tertidur pulas. Secara reflek aku menyelimutinya dengan jas milikku. Aku terus menyetir dengan laju yang cukup cepat. Tak kurasakan airmata membasahi pipiku. Entah apa yang membuatku menangis.
"Yup, bangun Yup udah nyampe nih"
"Hmmmhh" Yupi mulai membuka matanya
"Bungun, ini udah nyampe depan rumah kamu"
"Loh aku ketiduran ya"
"Iya tadi kamu ketiduran di jalan"
"Aduhh maaf ya Fer"
"Iya gapapa ko, udah cepet keluar yuk nanti ditanyain orang lagi"
Kami berdua pun keluar dari mobil. Kami berjalan ke depan pintu gerbang rumahnya. Didepan rumahnya Yupi sempat memberikan secarik surat. Dia berkata bahwa aku harus membukanya pada hari minggu malam. Dia juga mengatakan terimakasih untuk hari ini aku juga ikut berterima kasih. Akhirnya aku meninggalkan nya. Saat itu aku melihatnya tersenyum. Indah, indah sekali.
Minggu malam. Akhirnya tiba dimana saat aku akan membuka surat dari Yupi. Hatiku berdebar-debar saat ingin membukanya. Surat itupun ku buka dan mulai membacanya.
"Dear Ferdy.
Makasih ya selama ini kamu udah selalu ada buat aku. Makasih juga udah ngajak aku ke Prom Night. Selama ini aku ngerasa sesuatu yang lain kalo aku lagi sama kamu Fer. Sebelumnya aku gapernah ngerasain perasaan ini. Jujur, kayanya aku udah ngerasain jatuh cinta deh sama kamu. Mungkin kamu First Love aku. Tapi aku harus ngomong sesuatu sama kamu. Beberapa jam yang lalu pesawat ku udah take off, aku bakal pindah ke Tokyo Fer. Aku cuma kamu mau tau itu. Mungkin kalo tuhan mengijinkan kita bakal ketemu lagi lain waktu. Aku sayang kamu Fer.
Salam Hangat. Cindy Yuvia"
Seketika itu juga air mataku kembali menetes. "Aku juga sayang kamu Yup" Cuma itu yang bisa keluar dari mulutku. Aku menyesalinya mengapa aku tak berani mengungkapkan perasaan ku. Mengapa aku juga tak menyadari bahwa dia lah cinta pertamaku. Aku menangis sejadi-jadinya. Hanya penyesalan yang saat itu ku rasakan. Dadaku terasa sakit, sakit sekali. Namun itulah yang terjadi padaku. Kita tidak bisa mengulang waktu.
-4 Tahun kemudian-
Tokyo, 22 Januari 2018
Kembali dari kampus aku sempat pergi ke minimarket dekat Shibuya. Membeli beberapa kebutuhan dan roti kacang merah. Seperti biasa jalanan Shibuya terlihat ramai. Orang berlalu lalang dari berbagai arah. Aku membuka roti ku. Sambil berjalan aku melahapnya. Akhirnya aku menyebrang. Entah darimana bayangan itu muncul kembali. Senyum manisnya wajahnya yang imut. Ya, twintail itu yang kembali terbayang olehku. Ku lihat dari arah berlawanan bayangan itu semakin kuat. Saat itu aku seperti berpapasan dengan orang yang sangat dekat denganku. Yupi ??!! Saat ku toleh ke belakang bayangan itu sudah tertutup oleh kerumunan orang lainnya. Dadaku kembali terasa sakit.
--TAMAT--
0 komentar:
Posting Komentar