Sabtu, 26 April 2014

NPW (National Protection of Women) Chapter 7


Title : National Protection Of Women
Genre : Action, thriller, Mystery
Release Date : 26 Maret 2013
Story by : Chikafusa Chikanatsu
  Ini Merupakan Kisah Fiktif.



    Markas persembunyian NPW, tengah malam. Terlihat Haruka serta Ve yang sedang mendengarkan percakapan Raul dan kawan kawan terkait penyerangan bukit ungasan melalui alat komunikasi yang terhubung dengan alat perekam yang Kinal pasang pada bawah tutup botol sebelumnya.

"Tujuan utama kita hanyalah mengacaukan acara pernikahan putri dari Presdir pemilik Mall Bali Exchange. Acara tersebut akan berlangsung pada pukul 9 pagi di Villa Ungasan. Saat itulah kalian sudah harus menyamar dan meletakkan Bom Ransel pada titik yang tidak diketahui orang."
    "Apa perlu aku juga memasukkan SARIN pada komposisi Bom? Itu merupakan komposisi yang sungguh sempurna. (SARIN : Komponen yang sangat beracun baik dalam bentuk cair atau Gas. Bahan ini memasuki tubuh melalui pernafasan, mata dan kulit)."
    "Soal itu kau tidak perlu meminta ijin dariku. Aku hanya ingin menyaksikan acara itu hancur dan penuh dengan darah."
    "Kalau begitu akan aku laksanakan. Anda hanya perlu menyaksikan kekacauan itu dari jauh."

Haruka mendecak setelah mendengarkan percakapan tersebut. "Mereka sungguh kejam."
Ve mulai menyimpulkan. "Kita tidak tahu hubungan apa yang dimiliki Raul pada pemilik Mall Bali Exchange. Tapi aku yakin Raul melakukan ini karena permintaannya tidak dipenuhi."
    "Lalu apa rencanamu?"
Ve menoleh pada Haruka, wajahnya serius menatapnya. Dari balik otaknya, sepertinya Ve memiliki rencana."Kumpulkan semua anggota NPW besok pagi. Kau beristirahatlah, aku akan membutuhkan mu besok pagi."
Haruka menggangguk. "Baik."


Ve mengangkat kepalanya sambil memandangi seluruh anggota NPW yang sudah duduk rapih untuk mendengarkan arahan. Hari ini merupakan hari yang berat, dimana anggota NPW harus berjuang menghentikan bom yang akan meledak di ungasan.
    "Sebentar lagi akan ada penyerangan didaerah Villa, Ungasan. Tepatnya pada acara pernikahan putri dari Presdir Mall Bali Exchange. Bom yang akan mereka pasang hanyalah jenis Ransel, namun mereka juga memasukkan bahan SARIN pada komposisinya."

Ve melirik pada Haruka, seperti sedang menantikan sesuatu yang bisa membuat orang terkejut. Lantas Haruka pun mengangguk, yang artinya dirinya akan menunjukannya. Ia menoleh pada pintu yang terbuat dari besi tebal itu sambil berkata. "Masuklah!"

Pintu mulai tergeser, terlihat pria kurus usia sekitar 24 tahunan, memakai jas hitam serta membawa Koper yang tergantung digenggaman tangan kanannya.
Kinal langsung berkomentar. "Siapa dia?"
    "Penjinak Bom." Jawab singkat Haruka.
    "Penjinak? Bukankah kau bisa melakukan itu?"
Ve mulai menjelaskan. "Aku akan menempatkan Ayen sebagai penembak jitu, dan Haruka akan menyemar sebagai tamu dari Putri Presdir tersebut, Ia juga akan mengamati seluruh gerak gerik tamu yang ada didalam Villa. Dan sisanya, kalian akan mengawasi dari luar bangunan."

Pria yang disebut sebagai Penjinak Bom mulai memperkenalkan diri. "Namaku Chaerul. Walau aku cukup muda dan pengalamanku tidak banyak, tapi aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan tugas ini" 
Mendengar sedikit ucapan Chaerul, Kinal kurang puas hingga akhirnya meragukan keahliannya. "Apa katamu? Ini bukan sekolah atau tempat laboratorium yang biasa melakukan eksperimen. Tapi yang akan kau hadapi adalah Bom Asli yang bisa menghilangkan nyawamu. Dan kau sebut pengalamanmu sedikit?"
    "Mohon beri aku kesempatan. Seperti yang kau katakan barusan, pengalamanku sungguh sedikit, tapi aku akan menambahkan pengalamanku dalam tugas ini. Aku akan berjuang untuk ini" Kata Chaerul berusaha meyakinkan.
Haruka menoleh pada Kinal, kemudian menggangguk pelan agar Kinal bisa mempercayakan Chaerul. "Aku sudah melihat keahliannya saat dilaboratorium, dan aku rasa cukup cakap."
Kinal menghela nafas, sedikit lega, sebab jika Haruka sudah mempercayakan seseorang, artinya orang tersebut sudah lulus dalam ujian yang pernah Haruka berikan. "Baiklah, Namun kau tetap harus berhati hati."
    "Terima kasih." Jawab Chaerul tegas campur senang.

Anggota NPW memang belum sepenuhnya sempurna, itu dikarenakan anggotanya yang tidak lengkap serta berceceran diprovinsi provinsi lainnya. Belum lagi yang saat ini hadir hanyalah 4 orang anggota NPW, yakni Veranda, Kinal, Haruka serta Ayen. Yang lainnya sedang ditawan oleh tim mereka sendiri.  Mungkin akan cukup berat bagi Ketua mereka untuk bisa mengoperasikan sebuah misi.


Villa ungasan, Bali, 08:40.
Diketinggian sekitar 80 Meter diatas tanah, Ayen bersembunyi pada kamar bangunan hotel tempat ia menyewa. SR - 25, digunakan sebagai senjata andalan Ayen dalam tugas ini. Senapan ini dirancang untuk penembakan 1 minute-ofangle groups pada jarak 600 yards (~150mm groups at 550 meters). Pernikahan yang dilangsungkan di Villa Ungasan dihadiri oleh ratusan tamu, kebanyakan dari mereka adalah pengusaha pengusaha besar dan sukses.

Acara yang bisa dibilang sumpek dengan banyaknya orang orang penghibur seperti penyanyi, penari dan juga pemain musik. Dalam tugas ini, Haruka terjun langsung pada acara tersebut, Haruka sudah harus ahli dalam penyamaran serta sandiwaranya. Terlihat seperti tamu pada umumnya, memakai pakaian tipis modern, ketat dan juga warna yang mencolok.

Tepat 5 langkah didepan pintu Villa, Haruka sudah dicegat oleh 2 orang yang berjaga.
    "Tunjukkan kartu undanganmu." Pinta salah satu pria penjaga tersebut.
Haruka sempat terkejut, wajahnya mendadak mengkerut, Haruka tidak memperkirakan hal itu. Ia lupa akan kartu undangan. Ini bukan sekedar pernikahan biasa, namun pernikahan mewah yang tidak sembarangan orang bisa mengikutinya.
    "Berani sekali kalian menanyaiku. Aku mendapat undangan langsung dari Luna melalui ponsel. Aku dan dia merupakan teman saat di sekolah dasar." Haruka berasalan. Namun alasannya tidak terlalu bisa diterima oleh penjaga. Haruka diseret dibawa ketempat Pos Security. Dalam perjalan, muncul Ayah dari mempelai wanita yang melihat kekacauan tersebut. (Luna, adalah nama dari mempelai wanita. Haruka mendapatkan informasi nama tersebut dari tamu lainnya).
    "Ada ribut ribut apa ini?" Tanya dari Ayah mempelai wanita.
    "Dia tidak membawa kartu undangan. Demi keamanan dan kelancaran pernikahan, Saya sarankan untuk tidak menerima tamu asing, Tuan." Jawab si penjaga.
    "Bodoh. Apa yang bisa dilakukan wanita muda seperti dirinya dipernikahan putriku? Biarkan dia masuk, paling paling dia hanya teman sekolah atau mungkin teman kenalannya disuatu tempat."
    "Baik, Tuan." Patuh si penjaga.

Haruka tersenyum tipis. Kendala awalnya mungkin sudah terselesaikan. Haruka menoleh pada bangunan tinggi tempat Ayen bersarang, menggangguk pelan yang artinya masalah telah terselesaikan. Ayen melihat gerakan Haruka melalui Scope Sniper miliknya.

Dua puluh menit sudah berlalu, Namun Haruka masih belum bisa menemukan pergerakan teroris. "Apa kau melihat sesuatu yang aneh?" Tanyanya pada Ayen dengan berbisik pada alat komunikasi muncil yang tertempel dikuping kanannya.
    "Tidak. Pestanya berjalan meriah dan ... Ini sungguh sempurna. Kau terlihat sungguh cantik memakai gaun itu. Aku sampai lupa kalau aku ini wanita, kenapa aku terus memperhatikanmu." Sahut Ayen dengan candanya.
Haruka tertawa kecil. "Kau bisa saja. Ketua melarang kita untuk menikah dengan pria. Kalau begitu kau saja yang menjadi pendampiku." Candaan Ayen diikuti oleh Haruka.
    "Benarkah? Aku senang mendengarnya." 
Namun, percakapan konyol mereka didengar oleh ketua mereka, Ve, dan langsung menegur keduanya. "Apa yang kalian bicarakan? Tetaplah fokus pada misi ini." Perintahnya. Ve yang sedang memonitor daridalam mobil pun ikut geli, Ia tersenyum tipis.

Tiba tiba saja, Chaerul mengetuk ngetuk kaca mobil yang Ve naiki. Wajah Chaerul menunjukkan kecemasan serta kepanikan. Ve membuka pintu dan bertanya ada apa.
    "Kita telah dikelabui." Jawabnya singkat.
    "Apa maksudmu?"
Chaerul menelan ludah sebelum membuka mulutnya. Ia mengeluarkan smartphone, lalu menunjukkan Video Streaming salah satu stasiun televisi Indonesia untuk melihat berita.

    Sebuah Bom berdaya ledak sedang meledak dikawasan Dreamland, Ungasan, Bali. Bom tersebut meledak pada sebuah hotel dan tempat peristirahatan di Dreamland. Masih belum diketahui pasti berapa jumlah korban keganasan dari bom tersebut. Namun untuk saat ini, jumlah korban sudah mencapai 23 orang tewas dan 41 orang luka berat. Belum dipastikan siapa pelaku dibalik pengeboman tersebut. 

Tubuh Ve bergetar, kesal. Ia melepas alat komunikasi yang tertempel dikupingnya. Tubuhnya mendadak lemah."Beritahu yang lain untuk menghentikan misi." Perintahnya pada Chaerul.
    "Baik, aku mengerti." 

Beberapa saat kemudian, Ayen datang menghampiri Ve yang masih berada didalam mobil. Ve memejamkan kedua matanya, tangan kanannya memegang kepala.
    "Sebenarnya ada apa? Apa yang sudah terjadi? Kenapa kau mengentikan misi ini?" Tanya Ayen.
    "Kita telah dikelabui. Sepertinya pihak musuh sudah mengetahui alat pengintai yang Kinal pasang dibawah tutup minuman saat dicafe. Mereka membuat pergerakan yang tidak benar, tujuannya untuk mengecohkan pergerakan kita."

Mendadak wajah Ayen membara bara, Ia mengepal tangannya kuat kuat. Ayen berniat berlari menuju mobil miliknya, Ve yang melihat pergerakan Ayen langsung menghentikannya dengan beladiri. Ayen sempat terjatuh oleh pukulan yang diterima oleh Ve. Namun Ayen melawan Ve ketika itu. Ayen menendang tubuh Ve dan kembali berlari menuju mobilnya. Haruka datang terengah engah, ia menatap wajah Ve dan sempat melihat Ayen yang sudah pergi dengan mobilnya.

    "Kenapa kau diam saja! Cepat kejar Ayen!" Teriak Ve pada Haruka.
Haruka menggangguk, berlari mengambil mobilnya.

Ayen merupakan petugas berdarah tinggi. Sekali ia mendapatkan musuh, Ia tidak akan melepaskannya. Ayen juga merupakan orang yang tidak tegaan, Maka dari itu kejiwaannya saat ini sedang tidak baik. Saat ini Ayen berniat menuju Dreamland untuk melihat lokasi kejadian.

Setelah sampai dilokasi kejadian, Ayen berlari menuju daratan tinggi. Ia mengambil Scope untuk melihat situasi sekeliling. Ia mencari tempat yang menurutnya mencurigakan. Pasti ada sisa sisa pelaku yang masih ada dilokasi kejadian, pikirnya. Scope nya tertuju pada sebuah rumah tua dibalik pohon pohon besar, Ayen berlari menghampiri tempat tersebut.

Sesampainya dirumah tua, Ayen melihat sekeliling. Ayen berjalan menjelajahi rumah tersebut, tidak lupa Ia mengeluarkan sebuah pistol dari dalam saku paha kanannya untuk jaga jaga. Rumahnya sungguh tertutup, tidak ada cahaya. Ayen mengambil kacamata muncil dengan satu kaca saja disebelah kanannya, lalu mengaktifkan Nightvision.

Sedangkan Haruka, ia masih dalam perjalanan menuju Dreamland. Haruka menginjak gas mobil kuat kuat. Dalam perjalanan, Haruka mendapat pesan Video call dari ketuanya. Haruka segera menyambungkan pesan tersebut.
    "Ayen berhenti tepat didepan rumah SPA tiga puluh meter dari tempat kejadian. Kau harus menghentikannya. Jika tidak, maka keberadaan Ayen akan mulai dicurigai oleh pihak kepolisian. Polisi akan mulai menetapkan tersangka sementara pelaku pemboman tersebut adalah dari organisasi kita. Itu tidak boleh sampai terjadi."

Diruangan yang gelap, Ayen masih mencari sesuatu yang mungkin bisa membantunya dalam penyelidikan. Ayen menaiki tangga perlahan. Namun langkahnya terhenti saat sebuah laser bersarang pada dada kirinya. Ayen melirik laser tersebut sejenak, sudah dipastikan bahwa ada yang sudah membidiknya. Langkah Ayen terkunci, mungkin jika Ayen bergerak sedikitpun, maka nyawanya mungkin dipertaruhkan.

    "Siapa kau?" Tanya Ayen sambil melirik kearah sumber laser, namun Ayen tidak bisa melihat wajahnya sebab terlindungi oleh kain masker, ditambah ruangan yang gelap. Pria misterius tersebut mulai membuka mulutnya."Ternyata kau berbeda dari yang kemarin malam dicafe, apa dia rekanmu?"
Ayen membelalak, ia menduga bahwa yang ada didepannya adalah Raul.
    "Aku bertemu dengan wanita cantik kemarin malam. Namanya Mei. Dan aku ingin sekali bertemu dengannya sekali lagi, dan memberinya sebuah ciuman." Katanya sambil tertawa perlahan.
Ayen tertawa sinis. "Jika kau ingin bertemu dengannya, maka kau harus berurusan dengan ku terlebih dahulu."

Dengan cepat Ayen menekan tombol muncil dipojok kanan kacamatanya, keluar cahaya Flash yang sungguh membuyarkan mata untuk beberapa detik. Ruangan gelap berubah menjadi terang selama beberapa detik akibat Flash yang Ayen keluarkan dari kacamata tersebut. Ayen berlari mencari tempat sembunyi, sebab Raul merasa panik dan menembaki apa yang ada disekelilingnya.

Ayen masih mencari waktu yang tepat untuk bergerak. Raul berjalan perlahan mencari keberadaan Ayen. Tepat lima puluh centimeters disebelah Ayen berdiri Raul berada, Ayen dengan cepat mengayunkan tinjunya pada wajahnya, Dan kemudian Ayen menendang tubuh Raul. Raul sempat tumbang terjatuh, Ayen kembali bersembunyi.

Raul merasa heran, ditempat gelap seperti itu mengapa Ayen bisa begitu gesit dan bisa mengambil celah kelemahan dirinya. Raul mengamati sekeliling, namun tidak tampak keberadaan Ayen.

    "Jika kau ingin aku bertarung secara adil, maka kau harus menghancurkan kacamata yang sedang aku pakai."Ucap Ayen dengan nada keras.
Raul membelalak, meninju ke arah sumber suara. Ayen dengan mudah sedikit menghindar dan melakukan serangan balasan. Melalui kecepatan dan kekuatan yang Ayen punya, mampu membuat Raul yang berbadan besar terjatuh. Itu merupakan keahlian dalam Kekuatan kime (pemfokusan/pemusatan tenaga).

Raul tidak tinggal diam, Ia menembaki apa yang ada disekelilingnya. Nasib sial muncul saat peluru yang menembus triplek tempat Ayen bersembunyi menembus hingga mengenai bahu Ayen. Raul berhenti menembaki sebab peluru senjata pistolnya telah habis. Raul berlari untuk mengambil senjata senapan mesin M249 dengan tiga puluh butir peluru. Raul kesetanan, apa yang ada disekelilingnya ia tembaki.

Haruka telah sampai Didepan rumah SPA. Haruka mendengar suara senapan tersebut, Ia panik dan segera menghampiri sumber suara tersebut. Begitupun dengan para polisi yang ada ditempat kejadian, mereka langsung mendatangi tempat tersebut.

Haruka menghubungi Ve lewat alat komunikasi.    "Aku telah berada ditempat lokasi kejadian. Aku mendengar suara senapan disebuah rumah didaratan tinggi. Apa yang harus aku lakukan?" 
    "Kau dekati rumah tersebut diam diam. Jangan sampai keberadaanmu diketahui. Aku juga akan memerintahkan Kinal untuk menemanimu. Jangan bergerak sampai Kinal datang."

Langkah Haruka terhenti saat segerombolan polisi telah mengepung rumah tersebut. Haruka berada dijarak dua puluh meter dibalik pepohonan. "Dimana Ayen?" Gumamnya sambil melihat sekeliling rumah.

Tiba tiba saja ada yang menyekap mulut Haruka dari belakang. Haruka diseret melewati tanah terjal.

~ Bersambung ~

0 komentar:

Posting Komentar